Selasa, 30 Agustus 2016


Karena kecintaan aku terhadap lipstik matte Aku jadi berniat untuk menulis sedikit review tentang Purbasari Lipstick Color Matte.
Lipstik ini sempat booming banget dan inden di beberapa toko kosmetik di kotaku. Terutama untuk warna-warna yang menjadi favorit seperti merah maroon dan peach. 
Terdapat 10 varian warna Purbasari Lipstick Color Matte. Dan kali ini aku akan memberikan review tentang 3 varian warna yang menjadi favoritku yaitu Purbasari Lipstick Color Matte No. 82 , 83 dan 90.
Tekstur lipstik yang lembut dan tidak membuat kering di bibir. Jadi aman dan nyaman untuk digunakan seriap hari. Pkoknya recomended banget. Meskipun memiliki tekstur yang lembut hasilnya bener-bener matte dan no glossy. Aku suka banget deh pokoknya sama Purbasari Lipstick Matte ini.
Selain soal tekstur yang lembut dan gak bikin mulut kering harga/pcs-nya murah banget cuma Rp 27.000 saja. Harganya pas banget buat budget Mahasiswa. Hehehe... 
Pokoknya gak nyesel beli Purbasari Lipstick Matte ini. Warna yang di hasilkan sangat match dengan bentuk bibir dan warna kulit wajahku. Satu lagi yang bikin aku jatuh cinta sama lipstik ini yaitu tampilan casenya yang terkesan elegan dengan bentuk panjang yang slim berwarna hitam . Buat yang lagi hunting lipstick matte gak ada salahnya untuk mencoba lipstick matte dari purbasari ini. 
Selamat Mencoba :)

Sabtu, 07 Februari 2015

AKU RINDU CINTA PERTAMAKU

Ingatkah kau saat pertama kali perkenalan kita ? Usiaku, usiamu masih sangat belia.. 16 tahun usiamu, 14 tahun usiaku.. Aku masih sangat malu-malu, begitu juga dengan dirimu.. Kita dipertemukan dalam waktu yang tidak tepat.. Dalam keadaan yang tidak seharusnya.. Ingatkah kau saat pertama kali menelponku ? Saat ingin mengakhiri obrolan telepon, kau dan aku beradu mulut saling menyuruh untuk menutup teleponnya terlebih dulu. Dan pada akhirnya kita sepakat untuk menutup bersama.. Itu yang membuat hatiku berdegup kencang.. Dimana aku rasakan yang tidak aku rasakan sebelumnya, dimana aku tidak tahu ini apa namanya.. Aditya, ku ingat namanya hingga 7 tahun berlalu. Adi ku , cinta pertamaku, teman bermainku, belahan hatiku, sahabat setiaku, kau hidupku, duniaku, tidurku, mimpiku, pagiku, kebahagiaan dan kesedihanku. Kau telah ada dalam dunia beliaku yang singkat. *** Namaku Arista, usiaku 14 tahun, berperawakan cukup tinggi, kulitku kuning langsat, rambutku hitam lurus, dengan mata yang indah dan orang bilang aku cantik, akulah gadis yang sedang jatuh cinta untuk pertama kalinya, krining..krining..krining.. Telpon berbunyi) Ku lihat HP-ku berdering, Adi menelpon. Dengan hati berdegup kencang, Aku mengangkat teleponnya. " Hallo , Arista, lagi ngapain ? Aku ganggu gak ?" " Lagi diem aja, nggak kok gak ganggu.. Kenapa ?" " Gapapa.. Pengen telpon aja." "Oh gtu ya." " Ta , aku bisa tau jawaban kamu sekarang ? " " Harus sekarang ya ? " " Iya ta, aku harap jawabannya iya, aku berharap banget ta. Kamu mau jadi pacar aku kan ?" Dengan grogi aku jawab cintanya.. Dan hari ini 8 Januari 2008 aku resmi pacaran dengan Adi. Girang bukan main , Adi sangat senang saat ku bilang aku menerima cintanya.. Malam yang membahagiakan. Hari demi hari berjalan begitu cepat, dari awal aku resmi dengan Adi , hingga 18 hari berlalu, aku belum pernah berjalan dengannya. Karena mungkin aku masih malu untuk menemuinya, setiap bertemu berpapasan saja jantungku berdetak 1000x lebih cepat hingga nafasku ngos-ngosan tak karuan.. "Wulan, hari ini kita takkan pulang bersama, Adi akan menjemputku. Kau tak apa kan pulang sendiri ?" Kataku kepada Wulan teman sekolahku. " Iya gapapa Ta, aku pingin lihat dulu Adi kamu itu ya ? Dia naik apa kesini ? Motornya bagus gak ? Orangnya tampan gak ?" " Aduh , kamu ini.. Sudah kamu pulang duluan saja. Kamu kan pake angkot nanti kesorean. Aku gapapa disini nunggu Adi sendirian." " Yah kamu Ta, baiklah kalo begitu." " Nanti pasti akan ku kenalkan kau pada Adi. Ok ? " " Baiklah, aku pulang duluan.." Tak lama setelah Wulan pulang, Adi datang. Dan kamipun pergi menuju pulang ke rumahku. Hatiku sangat gemetar, aku takut sekaligus senang. Ini pertama kalinya aku di bonceng oleh laki-laki yang bukan ayahku , pamanku atau kakak ku.. Adi , kau lah yang pertama menempati ruang di hatiku.. *** Hampir dua bulan berlalu, aku menjadi menggebu-gebu.. Selalu ingin Adi di dekatku, selalu ingin pergi bersamanya, untuk sekedar makan, nonton , atau berfoto box.. Kami sangat senang pergi menonton film.. Kami benar-benar menikmati masa awal pacaran yang indah.. Aku merasa sangat bahagia.. Adi menjadi segalanya untukku.. Adi yang pertama untukku, begitupun baginya.. Aku lah cinta pertamanya, dialah cinta pertamaku, dia teman laki-laki menonton film yang pertama, begitupun sebaliknya, dia ciuman pertamaku, dan akupun ciuman pertamanya.. Dialah yang pertama kali ku cintai dari hatiku.. Aku bahagia dengannya saat itu, aku benar-benar bahagia.. Ku lewati hari demi hariku bersamanya, kemanapun aku ingin berjalan bersamanya akan kami lakukan.. Banyak tempat kami kunjungi untuk kencan.. Kami sering jalan ke mall, kami sering pergi menonton, kami pernah pergi ke sebuah kebun teh yang indah, kami berjalan riang disana, bermain, bercanda , berkejar-kejaran, hingga aku lelah dan ia menggendongku. Walau badanku lebih berat darinya ia tak mengeluh. Berkali-kali dia menciumku di antara semak-semak kebun teh. Berkali-kali kami berpelukan mesra, seperti dunia ini milik aku dan dirinya. Inilah cinta yang aku rasakan, dimana hatiku selalu bergetar saat bersamanya, saat di dekatnya , saat memikirkannya. Tak ingin ku berpisah darinya.. Dan seperti janjinya takkan pernah meninggalkanku.. Hingga waktu mengubah segalanya waktu berlalu begitu cepat mengakhiri semuanya.. Aku harus kehilangan Adi yang sangat ku cintai.. Perpisahan yang berat yang ku alami.. Kami berdua menangisi perpisahan yang kami sepakati sendiri.. Aku mencintainya, namun Adi tak mencintaiku lagi pikirku.. Adi mengkhianatiku berulang kali. Hingga tak dapat aku terima lagi, dan ku akhiri saja semuanya.. Tapi ku tahu, Adi tetap menyayangiku. Dia tak pernah benar-benar meninggalkanku. Dia selalu ada di celah-celah kehidupanku. Dia tetap menghubungiku, dia tetap menjaga hubungan baiknya denganku. Yang ku ingat janjinya, dia takkan pernah mengganti nomer HP nya.. Dan aku pun takkan mengganti nomor HP ku... Pada saatnya nanti dia akan kembali kepadaku, pada waktu yang tepat dimana kami akan bersama lagi.. Itulah janji terakhir kami berdua.. *** Semakin lama , Aku semakin menderita.. Karena cintaku pada Adi tidak padam dengan cepat.. Hingga ku sadari, Hidupku harus tetap berjalan.. Aku mulai menjalin hubungan dengan laki-laki lain.. Terus silih berganti, karena aku tak punya perasaan terhadap mereka, tak pernah ada yang lama.. Hingga aku terjebak dalam suatu masalah besar dengan pacar baru ku, nomor HP ku di buangnya ke sebuah danau.. Dan hapuslah harapanku pada Adi, bagaimana dia akan menghubungiku ? Bagaimana jika dia memintaku kembali ? Bagaimana jika dia ingin bertemu denganku ? Apa yang harus ku lakukan ? Aku sedang menunggu Adi ku, dan sekarang musnah lah sudah.. Tahun demi tahun berlalu.. Tak ada Adi, tak ada lagi cinta yang ku tunggu.. *** Adi yang ku tunggu tak pernah kembali, sekalipun aku sangat menantinya.. Tujuh tahun telah berlalu, aku tetap hidup tanpanya.. Kini Aku belajar membuka hatiku untuk mencintai laki-laki lain.. Untuk membuka hatiku lebih lebar , agar aku melupakan Adi dan pernikahannya yang baru saja berlangsung.. Adi telah menentukan pilihan hidupnya , dan itu bukan aku.. Tapi aku senang ia bahagia.. Karena kini akupun bahagia dengan kekasihku, bahagia seperti yang aku pernah rasakan dengan Adi tujuh tahun yang lalu.. Untukmu Adi, Ben de sizin için mutluyum. Gerçekten bazen seni özlüyorum, asla unutmayacağım. Bana ihtiyacın olursa, ben bir arkadaş olarak orada olacağım. Yang merindukanmu, Arista

Senin, 19 Mei 2014

Filosofi Wanita Seperti Bunga Mawar

Mawar merah diartikan sebagai simbol tanda cinta. Mawar memiliki warna yang indah, kelopak yang cantik, dan bau yang harum. Keindahan dari setangkai mawar tidak tumbuh begitu saja tetapi membutuhkan waktu dan proses. Bermula dari kuncup yang kecil dan tertutup kelopak berwarna hijau, belum tampak indah dari situ dapat kita ibaratkan seperti gadis kecil yang polos yang masih tertutup dengan tingkah laku kekanak-kanakan yang belum memperlihatkan sisi cantik seorang perempuan. Dengan bertambahnya waktu perlahan kuncup mulai mekar , sama seperti halnya gadis remaja yang mulai mempeihatkan sisi cantiknya ketika mengalami pubertas, mereka mulai memperhatikan dirinya dan mencoba menunjukan jati dirinya untuk menciptakan daya tarik dari dirinya. Dan pada akhirnya bunga mekar sempurna, tampak indah , cantik, dan memikat mata yang memandangnya. Gadis remaja pun mulai beranjak dewasa, dan menunjukan sisi femininitas yang sempurna, yang ingin terlihat cantik, anggun , menarik dan mampu memikat sehingga pria terpesona.

Minggu, 11 Mei 2014

STYLE FASHION CASUAL ALA TAYLOR SWIFT

Rabu, 14 November 2012

Cerpen "Setengah Abad Kunanti Dirimu"

Cintaku yang abadi. Kata-kata ini mungkin sangat sesuai dengan kisah cintaku yang abadi. Aku adalah orang yang sulit jatuh cinta, dan sulit melupakan orang yang kucintai. Sekali aku mencintai seseorang, maka dialah yang akan kucintai hingga mati. Oleh karena itu, sampai sekarang aku tak pernah memperdulikan apabila ada laki-laki yang secara terang-terangan atau mungkin secara diam-diam menyukaiku. Dan jika ada yang menyatakan cintanya padaku aku pun tak menerimanya. Bukannya aku sok cantik, sombong atau apalah itu namanya. Tapi mau bagaimana lagi, jika hatiku tak suka maka aku akan katakan tak suka. Itulah aku. Mungkin sikapku sedikit kejam, tapi bukan maksudku mau menyakiti mereka. Aku hanya akan mengatakan iya jika hatiku juga mengatakan iya. Aku tak mau menjadi orang yang munafik, menyayangi tapi tidak sepenuh hati. Menyukai tapi tak mencintai. Mungkin banyak orang bertanya-tanya, sebenarnya laki-laki yang seperti apa sih yang kutunggu. Pertanyaan itu jugalah yang selalu diajukan sahabatku “Anna”, setiap kali aku menolak seorang laki-laki. Dan lagi-lagi pertanyaan itu ditanyakannya saat aku dan Anna pergi ke kampus bersama-sama. “Renate, kenapa sih kau menolaknya, kau itu sangat cantik, pintar, kaya pula, sepertinya tak ada kekurangan pada dirimu tapi, kenapa kamu itu selalu menolak setiap ada laki-laki yang menyatakan cintanya padamu, memangnya setinggi itukah kriteriamu?” tanyanya kesal padaku. “Anna, aku kan sudah bilang berkali-kali, jika laki-laki itu kucintai pasti akan kuterima.“ kataku dengan santai. “Ya, tapi siapa,…… pangeran?” sindirnya padaku. “Mungkin saja kan, siapa tau kelak akan ada seorang pangeran tampan yang datang dari negeri yang sangat jauh melamarku. Pasti akan kuterima.” harapku. “Kau pikir ini negeri dongeng. Oh…… aku tau, kamu seperti ini mungkin karena kebanyakan baca cerita dongeng, nya?” katanya menyindirku yang memang suka sekali cerita dongeng. “Apaan sih serius nih!” Karena asyiknya mengobrol, tak terasa ternyata kami sudah sampai dipintu gerbang Universitas yang bertuliskan Fakultas Pendidikan Kimia Universitas Friedrich Schiller, Jena, Jerman Timur. Ya, itulah kampusku. Saat aku meneruskan langkahku menuju perpustakaan, tiba-tiba dari jauh kulihat ada seorang laki-laki yang asing bagiku. Selama aku kuliah di Fakultas ini baru kulihat dirinya.“Siapa ya dia?” tanyaku spontan. Karena keherananku, tanpa kusadari aku terus memandanginya. Ia pun membalas pandanganku dengan senyuman. Aku yang penasaran mencari tau siapa dirinya dan ternyata memang benar, dia asing. Bukan karena aku tak pernah melihat dirinya sebelumnya, tapi dia memang orang asing. Menurut kabar berita dari sana-sini katanya dia warga negara Korea Utara, ehm jauh sekali kan. Kalau dipikir-pikir, dia itu seperti pangeran yang kuimpikan. Yang datang dari negeri yang amat jauh dari sini. Siapa yang menyangka,ternyata laki-laki itu satu jurusan denganku. Alhasil aku pun sering bertemu dengannya. Waktu terasa berjalan begitu cepat, tak terasa sudah hampir satu tahun aku mengenalnya. Ternyata namanya Ok Gu, lengkapnya Hong Ok Gu. Mungkin nama itu sedikit aneh bagi warga Jerman. Tapi memang itulah namanya. Nama laki-laki yang untuk pertama kalinya membuatku jatuh cinta seperti ini. Ya, jatuh cinta. Entah kenapa aku bisa merasakan hal ini pada Ok Gu, yang jelas aku merasa nyaman sekali dan hatiku selalu bahagia saat ia berada disampingku. Jika ditanya kenapa kumencintainya aku pasti akan bilang dia baik. Kata yang selalu dikatakan seorang wanita saat ditanya alasannya mencintai seorang laki-laki. Tapi sebenarnya bukan karena hal itu juga sih. Itu semua karena “Pandangan pertama”, mungkin kata itu cocok sekali untuk kisah cintaku ini. Aku masih ingat sekali waktu aku pertama bertemu dengannya, saat itu musim semi tahun 1955. Cocok sekali rasanya cuaca saat itu dengan hatiku yang berbunga-bunga,karena bertemu dengannya. Semenjak saat itu aku tak bisa melupakannya. Karena pertemuan intensif selama menuntut ilmu dikampus yang sama, kami merasa ada kecocokan. Tak perlu waktu yang lama untuk mengenalnya. Benih-benih cinta pun lambat laun mulai tumbuh dihati kami. Genap 1 tahun setelah pertemuan pertama kami, ia menyatakan cintanya padaku, tentu saja aku menerimanya. Semenjak saat itu kami berkomitmen sebagai sepasang kekasih. Dan setelah 3 tahun menjalin cinta dengannya, Ok Gu melamarku. Tak ada kata-kata yang mampu manggambarkan perasaanku saat itu. Aku bahagia sekali, rasanya seluruh dunia ada dipangkuanku. Karena bahagianya aku menangis seketika. Bukan air mata duka yang keluar, tapi air mata kebahagiaan. Tak lengkap mungkin rasanya, jika kisah cinta tanpa adanya perjuangan. Itu pula yang kami alami. Kondisi waktu saat itu tidak mengizinkan kami untuk menikah, baik dilakukan di Korea Utara maupun di ibu kota Jerman Timur. Karena saat itu pemerintah melarang adanya pernikahan lintasnegara. Namun kami tak menyerah sampai disitu saja, dengan perjuangan yang gigih akhirnya pada tahun 1960 kami bisa menikah juga disebuah kota kecil di Jerman Timur. *** Tak terasa sudah dua tahun kami menikah rasanya baru kemarin kami bertemu. Waktu berjalan begitu cepatnya. Saat itu adalah hari ulang tahun putra kami yang pertama, Peter. Cuaca hari itu buruk sekali, diluar kulihat hujan begitu besar diiringi suara angin dan petir yang bersahut-sahutan. Membuat hatiku tidak enak saja rasanya. Seperti akan terjadi hal yang buruk saat itu juga. Dan benar saja, tiba-tiba dibalik hujan lebat itu muncul sesosok laki-laki yang memberitahukan pada suamiku sebuah kabar buruk, bahwa dalam waktu 48 jam, Ok Gu harus kembali ke Korea Utara. Rasa sedih,kaget dan heran bercampur jadi satu, kenapa Ok Gu harus mendadak pergi seperti ini. Dan ternyata bukan Ok Gu saja yang terpaksa harus kembali ke Korea Utara tapi, sekitar 350 orang Korea Utara yang berada di Jerman Timur juga harus kembali ke kampung halamannya. Ini terjadi karena keadaan politik di Korea Utara sedang memanas. Kondisi yang tak terkendali inilah yang mengharuskan warga negaranya yang ada diluar, harus segera kembali. Perpisahan ini rasanya begitu berat sekali, terlebih saat itu aku sedang mengandung anak kedua kami. Bisa dibayangkan hancurnya hatiku saat itu. Kami menangis tersedu-sedu beruaraikan air mata saat mengucapkan salam perpisahan. “Aku pasti akan kembali Renate, percayalah!” katanya berusaha menenangkan hatiku. “Ya, aku berjanji akan menunggumu kembali sampai kapan pun dan Ok Gu aku akan mencintaimu hingga aku mati.” kataku tanpa sadar berjanji. Seperti itu pertemuan terakhir kami saja. Di musim panas yang penuh duka itu, aku pun mengantar kepergiannya.Kenyataannya, seiring perjalanan kereta yang membawanya, sejak itu jugalah aku kehilangan kontak dengannya. Tahun demi tahun berganti tapi ia belum kembali juga. Tak terbayangkan olehku perpisahan itu akan berlangsung puluhan tahun lamanya. Meski demikian aku tetap setia menunggunya sesuai dengan janjiku dan berharap dapat bertemu suamiku lagi, meskipun berpuluh-puluh tahun telah berlalu. Karena kesetiaanku, aku pun memutuskan tidak menikah lagi. Seluruh hidupku, kuhabiskan untuk membesarkan dua anak hasil penikahan kami. Selama hidupku ditinggalkannya aku bekerja sebagai guru dan peneliti. Usaha untuk meminta izin bertemu suamiku pada pemerintah Korea Utara pun sia-sia saja. Mereka tak mengizinkannya. “Kenapa aku tak boleh bertemu suamiku sendiri?” kataku geram saat permintaan izinku ditolak. Namun mereka tetap bergeming. Setelah beberapa dekade terpisah, tepatnya setelah 44 tahun kehilangan kontak, akhirnya aku mendapat kesempatan untuk saling berkirim surat dengannya. Itu pun atas bantuan pemerintah Jerman. Surat pertama untuk Ok Gu dikirim pada Maret tahun 2006. Surat itu pun dibalas pada 27 juli pada tahun yang sama. Aku sangat bahagia sekali menerima surat itu, rasanya hatiku merasakan hal yang sama saat aku dilamar oleh Ok Gu. Bagaimana tidak setelah 44 tahun aku berpisah dengan orang yang paling kucintai itu, baru sekarang aku dapat berkomunikasi lagi dengannya. Kebahagian itu semakin sempurna karena hari itu bertepatan dengan hari ulang tahunku yang ke-70. Rasanya jantungku berhenti berdetak. Tentu dapat dibayangkan bagaimana perasaanku saat membuka surat itu. Surat yang telah kutuggu-tunggu selama 44 tahun. “Ya, Tuhan akhirnya aku bisa berkomunikasi lagi dengannya” ucapku sebagai tanda syukurku. Aku pun membaca surat itu, sambil berlinangan air mata. Halaman pertama dari dua lembar surat yang ditulis suamiku itu berisikan tentang perasaannya yang tersentuh dengan isi surat yang aku kirim. “Aku sangat tersentuh ketika menerima suratmu. Aku berharap kamu masih mau menjadi pendamping hidupku untuk selamanya.” katanya dalam surat itu. Aku bahagia sekali membacanya karena dengan begitu artinya ia masih mencintaiku sama denganku yang akan selalu mencintainya juga. Dilembar kedua Ok Gu menanyakan keadaan Uwe, anak kedua Ok Gu yang belum pernah dilihatnya. Tapi Ok Gu juga menulis bahwa surat tersebut merupakan surat perpisahan. Aku terpukul sekali membacanya. Baru saja aku merasakan kebahagian setelah 44 tahun tak merasakannya, tapi seketika itu juga kebahagian itu telah hilang lagi. Air mata yang tadinya merupakan air mata kebahagiaan berubah menjadi air mata duka. Ternyata memang benar semenjak saat itu aku tak pernah lagi menerima surat dari Ok Gu, aku sampai berpikir, “Apakah ini surat pertama dan terakhir yang dikrimkan Ok Gu untukku?” Ungkapku sedih. Semenjak saat itu setiap surat-surat yang kukirim tak pernah sampai tujuan, selalu kembali ke tanganku. Bahkan usaha mendatangi Kedutaan Korea Utara untuk mendapat izin bertemu suamiku pun juga ditolak. Tapi aku yakin suatu hari nanti impianku bertemu dengannya pasti akan terwujud. Pada tahun 2007, aku mendapat kesempatan untuk berkujung ke Korea Selatan dengan harapan dapat berkunjung ke Korea Utara. Tapi, hal itu tetap tidak berhasil. Sampai pada akhirnya belakangan ini kisah cintaku megudang banyak sorotan media dan tokoh internasional. Termasuk Sekjen PBB, mantan Presiden Korea Selatan dan mantan Presiden Jerman. Para tokoh internasinal itulah yang memaksa pemerintah Korea Utara agar segera mengeluarkan izin reunifikasi keluarga lintasnegara ini. Upaya ini benar-benar mendapat perhatian setelah kisah cintaku dan Ok Gu dipublikasikan di media. Sungguh tak disangka, akhirnya penantian dan perjuanganku ini membuahkan hasil juga, impianku terwujud. Sebentar lagi aku akan bertemu Ok Gu, suamiku yang hampir setengah abad tak kutemui. Setelah benar-benar mendapat izin aku dan kedua anakku pun segera berangkat ke Negara yang selama ini terkenal sulit memberi izin warga negara asing yang ingin berkunjung ke negaranya. Sebagai Negara komunis, Korea Utara yang dipimpin Kim Jong II dikenal sebagai pemimpin bertangan besi, sangat menutup diri dari pengaruh luar. Rakyatnya boleh dibilang secara ketat dilarang melihat dunia luar. Aku terbilang orang yang beruntung sebab aku adalah orang asing pertama yang mendapat kesempatan bertemu dengan pasangan hidupku itu. Atas bantuan Palang Merah Korea Utara, akhirnya kami dapat bertemu, “Aku sangat bersyukur karena impianku akhirnya terwujud,” ungkapku saat menjejakan kaki di Pyongyang, Korea Utara pada 25 juli 2008. Hari ini adalah kesempatan untukku meyelesaikan sisa babak kehidupanku. Yakni menemui pria yang selama hidupku aku cintai sepenuh hati. Detik-detik mendebarkan dalam hidupku. Aku belum pernah setegang ini sebelumnya, sebentar lagi aku akan bertemu suamiku yang hampir setengah abad kunanti kedatanganya. Aku berangkat naik mobil menuju kediaman suamiku bersama kedua anakku. Mereka terlihat begitu bahagia sama halnya seperti aku. Aku terus saja tersenyum karena senangnya, tapi tiba-tiba saja senyum itu berganti menjadi raut wajah kesakitan. Rasanya dadaku begitu sakit sekali, tak tahan rasanya. Sepertinya penyakit yang menghinggapiku belakangan ini mulai menjadi saja. Tapi, aku masih saja berusaha tersenyum didepan anak-anakku, aku tak ingin mereka khawatir. “Bu, sebentar lagi kita sampai.” seru Peter anak pertamaku. “Aku sangat bahagia sekali, akhirnya aku bisa bertemu dengan ayah yang belum pernah kutemui semenjak ku lahir.” seru Uwe mengungkapkan rasa bahagianya. “Kita saja amat bahagia, apalagi ibu sebagai istrinya yang sudah hampir setengah abad tidak bertemu suaminya.” kata Peter sambil menoleh kearahku. Aku pun hanya tersenyum meringis, menahan sakit. Akhirnya impianku terwujud. “Ok Gu aku akan mencintaimu hingga aku mati.” ucapku dalam hati mengulangi janjiku dahulu padanya. Perlahan-lahan tapi pasti rasa sakit itu semakin menjadi. Sampai akhirnya aku terlalu lelah hanya untuk membuka mataku saja. Maka aku pun tidur panjang untuk selamanya. Tidur dalam kebahagiaan karena cinta yang kuperjuangkan.

Cerpen"PAK INDRA, I Love You !!!"

Cinta, yang ku tahu cinta itu indah. Saat jatuh cinta rasanya hati ini penuh bunga-bunga asmara yang bermekaran. Aku Maharaini, mahasiswi fakultas ekonomi di sebuah universitas swasta di kotaku. Salahkah jika aku mengidolakan dosen ku ? ataukah rasa ini berlebihan jika aku menyukai Pak Indra ? ya , dia dosenku, yang mengajar teori ekonomi. Jangan salah dia masih muda dan sangat energik. Andai saja aku dapat memanggilnya dengan sebutan Mas atau kakak, pasti lebih romantis. Oh..Pak Indra... Aku senang sekali melihatmu ketika berada di depan kelas. Garis wajahmu yang keras menunjukan bahwa dirimu adalah lelaki yang tegas. Tuturmu indah, berisi petuah, niscaya banyak orang yang betah untuk sekedar mendengarmu mendesah. Ah... andai saja aku dapat mengungkapkannya, bahwa aku ingin sekali mendampingimu seumur hidup. Pak indra, I love you !!! *** yang sedang kurang enak badan tetapi mampir untuk membeli oleh-oleh sebelum pulang ke rumah. Orang tua ku memiliki usaha pembuatan brem jajanan khas madiun yang terbuat dari sari tape yang di olah dengan cara pemekatan dan pengeringan sari tape tersebut. Lebih murah kan kalau beli langng ke pabriknya.menjengukkuSiang ini teman-teman sekampusku yang tergabung dalam team bola basket baru saja datang dari pertandingan yang berlangsung di kota Malang dalam even olahraga rutin antar kampus. Siang ini mereka beramai-ramai mampir ke rumah ku bersama Pak Indra, pelatih tim basket yang mendampingi mahasiswanya. Beliau juga merupakan dosen kami. Tujuannyabukan untuk Orang tuaku tergolong orang yang sukses dari usaha ini. Bahkan usahanya sudah merambah ke persewaan bus pariwisata dan mensuplay sambel pecel ke restoran-restoran di seputaran kota ku. Kami merintis usaha ini benar-benar dari nol. Dulunya kami termasuk keluarga yang tergolong miskin. Dulu kami berjualan dimana pintu rumah sering di gedor-gedor oleh pelanggan yang ingin membawa oleh-oleh khas Madiun. Berbeda dengan yang sekarang sudah sukses seperti ini. Sekarang kami sudah memiliki pabriknya sendiri dan memasukannya ke toko-toko oleh-oleh. *** Aku dan teman-temanku mengobrol di samping ruang tamu, sedangkan Ibu dan Bapak menemani Pak Indara mengobrol di ruang tamu. “ Gimana tadi pertandingannya ? Seu gak ? “ tanyaku “ Wah ran , gak seru !!! Habis gak ada suporter yang mendukung tim kita. Semua dukung tim tuan rumah. “ jawab Karina temanku sambil menggerutu. “ Iya makanya kita langsung cabut aja. Jelas kalahlah tim kita. Secara kualitas mereka lebih baik dari kita.” Timpal Angga Di tengah-tengah obrolan kami, aku mendengar pembicaraan ibu dengan Pak Indra. Sepertinya ibu sedang membicarakan aku.. Tapi apa yang ibu bicarakan ? Ups... jangan..jangan... “ Pak Indra, Rani sering cerita kalau ada dosennya yang masih muda dan Rani kelihatannya antusias sekali kalau menceritakan tentang dosen tersebut, sepertinya Rani menyukainya, beliau katanya sangat aktif di kampus. Mahasiswa-mahasiswanya juga sangat antusias apabila beliau mengajar, selain itu juga beliau sering mengisi ceramah di masjid kampus. Kalau gak nsalah ngajar teori ekonomi gitu.” Tanya ibuku yang nyerocos. Aku kaget mendengar nya. Kenapa Ibu menceritakan isi hati ku tentang dosen pujaan hatiku. Dan maslahnya ibu menceritakannya pada orangnya sendiri. Huh.. betapa malunya aku. “Hmm,” Pak indra mengerutkan dahinya seperti orang sedang berpikir dan bingung mau menjawab apa. Dan Kebetulan saat itu Adrian yang sedang lewat ruang tamu mendengar perkataan ibuku. Ia spontan menunjukan jarinya kepada Pak Indra sambil berkata, “ Ya beliau ini lah Bu dosen yang ibu tanyakan! Pak indra inio pujaan hatinya Rani. Ibu belum tahu ya ?” Deum... merah padam mukaku menahan malu, dan sempat ku lirik Pak Indra yang merundukan kepalanya, Oh akhirnya kau mengetahui apa yang aku rasakan selama ini dan selalu ku pendam dalam hati ku. “Pak Indra, aku tidak berani berharap lebih walaupun aku sangat menginginkanmu, Pak.” Ucap ku memberanikan diri pada pak Indra dan ia hanya tersenyum dan tersipu malu. Oh tuhan, engkau lebih mengetahui apa yang terbaik untukku. Jika dia terbaik dekatkanlah dan apabila dirinya bukanlah untukku , jadikanlah dia yang terbaik. Pak Indra....I Love You !!!